JAKARTA - Indonesia menjadi salah satu pasar mobil listrik untuk sejumlah pabrikan. Menariknya hal tersebut justru tidak dilakukan oleh Subaru yang mengaku masih enggan memboyong mobil listrik mereka ke Tanah Air.
Pemerintah sebelumnya telah memberikan relaksasi untuk mobil listrik berupa insentif potongan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sebesar 10 persen. Namun, itu hanya berlaku bagi mobil listrik yang dirakit lokal dan memiliki nilai TKDN minimal 40 persen.
Menjawab peluang tersebut, Chief Executive Officer Subaru Indonesia, Arie Christopher mengatakan bahwa ada beberapa asalan yang membuat pihaknya belum mengenalkan mobil listrik untuk pasar Indonesia.
“Bagi kami, ketika meluncurkan line up tidak hanya listrik tetapi juga Internal Combustion Engine (ICE), kami harus benar-benar yakin bahwa produk tersebut sesuai dengan brand positioning Subaru di Indonesia,” kata Arie di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Seperti diketahui, Subaru belum memiliki pabrik di Indonesia dan mobil yang mereka pasarkan bersatatus CBU alias diimpor utuh dari luar negeri. Apabila mendatangkan mobil listrik, Subaru tidak bisa masuk dalam program insentif.
Arie mengungkapkan Subaru masih mempelajari pasar mobil listrik di Indonesia, mengingat segmen ini baru berkembang di Tanah Air. Menurutnya, menghadirkan produk yang tepat agar bisa diterima konsumen luas menjadi fokus utama mereka.
“Buat kami, framing adalah hal yang paling penting sebelum memasukkan tipe tertentu ke Indonesia. Kami tidak mau memasukkan mobil tapi tidak sesuai, terus di setop. Jadi saat kita masukkan satu tipe mobil, itu akan terus berada di market Indonesia,” ujarnya.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya