JAKARTA - Pasar mobil listrik sebenarnya sudah ada di Indonesia, tapi pabrikan otomotif masih mempertanyakan infrastruktur pendukung sebelum memproduksinya.
Isu infrastruktur ini jalan di tempat karena kendalanya masih berkutat seputar itu-itu saja. Sesuatu yang dikehendaki pabrikan sejak isu ini bergulir, namun sekarang masih belum banyak terlihat fisiknya.
Presiden Industri Otomotif Indonesia Made Danang Tangkas mengatakan, jika infrastruktur tidak ada, maka sulit untuk merealisasikan produksi massal mobil listrik meski pasarnya sudah ada.
Ia menambahkan, hal positif saat ini adalah keseriuasan pemerintah membuat regulasinya. Ini penting untuk mengetahui rambu-rambu ketika bisnis ini dimainkan.
Lanjut mengenai infrastruktur, Made Danang menilai semua pihak sebenarnya sudah berembuk mendukung mobil listrik. Tinggal ke depan untuk lebih menggalakkannya lagi.
[Baca Juga: Mobil Listrik Mahal di Luar Negeri, Kalau di Indonesia?]
Sementara infrastruktur yang ia maksud adalah seperti tempat pengisian bahan bakar (charnging). Tentunya juga dukungan listrik di Indonesia yang mencukupi, jika semua kendaraan menggunakan bahan bakar listrik.
"Alat charging-nya itu harus ada di mana-mana, dukungan listrik. Selain alat untuk charging, supply listriknya ada atau tidak, dan juga kebijakan regulasinya untuk mengatur ini semua. Karena plat hybrid pun membutuhkan pembuatan komponen, seperti misalnya PCU (Power Control Unit)," ujar Made Danang kepada Okezone, Senin (15/01/2018).
Sedangkan untuk pasar mobil listrik di Indonesia, dari segi konsumen tidak ditentukan. Namun seperinya masyarakat kelas ekonomi ke atas, sebab harganya lebih mahal mobil berbahan bakar minyak.
[Baca Juga: Buat Mobil Listrik, Toyota Minta Kepastian Regulasi dan Infrastrukturnya]
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
(abp)
