Share

Jangan Hanya Memproduksi Mobil, Indonesia Harus Kembangkan Produk Sendiri

Anton Suhartono, Okezone · Senin 29 Agustus 2016 00:45 WIB
https: img.okezone.com content 2016 08 27 15 1474641 jangan-hanya-memproduksi-mobil-indonesia-harus-kembangkan-produk-sendiri-eCI4IxgfjI.jpg Indonesia harus menjadi bagian dari pengembangan produk automotif, bukan sekadar manufaktur (Ilustrasi, Foto: Okezone)

JAKARTA - Industri automotif nasional dari tahun ke tahun terus tumbuh. Saat ini, kapasitas produksi kendaraan di Indonesia sudah mencapai 2 juta unit per tahun, meski realisasinya baru 1 juta unit.

Produsen-produsen kendaraan global, baik dari Jepang dan Eropa, sudah memproduksi dan merakit kendaraan di Indonesia. Pabrik-pabrik baru pun didirikan dengan menelan investasi yang tidak sedikit. Lapangan kerja di sektor industri ini juga terus bertumbuh. Hal itu tentunya berdampak positif bagi perekonomian.

Namun, mengundang produsen asing untuk berinvestasi dengan membangun pabrik di Indonesia dinilai belum cukup. Harus ada pengembangan produk yang dilakukan di dalam negeri.

"Kalau saya kira, dari product volume itu kita sudah on the track. Road map produksi kendaraan kan sudah diatur dari 2009 sampai tahun 2025. Hanya saja hal yang saya sayangkan itu di bidang rekayasa, desain, dan pengembangan produk, itu belum lengkap. Karena kita lebih banyak ke manufaktur saja," jelas pemerhati industri automotif nasional dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Sigit Santosa.

Pria yang pernah menjabat sebagai Engineering Group Manager of Vehicle Safety Performance Integration General Motors di Michigan, Amerika Serikat, itu menambahkan, jika Indonesia hanya fokus ke manufaktur kendaraan maka implikasi bagi perekonomian tidak akan berkembang dengan pesat dibandingkan jika memiliki pengembangan produk sendiri.

Hal tersebut dialami oleh negera-negara maju yang industri automotifnya berkembang pesat, seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang.

"Kalau manufaktur saja, dampak multiplier effect dari sisi ekonominya sangat kecil, mungkin satu atau dua kali lipat saja. Tapi kalau ada product development dan design development, bisa sampai 11 kali lipat.11 kali lipat itu, misalkan ada satu engineer di prinsipal untuk desain maka dia bisa men-create 11 lapangan kerja lainnya,” papar pria yang juga jebolan Massachusetts Institute of Technology (MIT) itu.

Jika hal ini terealisasi, maka sudah jelas akan lebih banyak lagi tenaga kerja yang terserap ke industri automotif. Selain itu, industri dan teknologi automotif dari Indonesia akan semakin dipertimbangkan di kancah global.

Lebih lanjut, ia mencontohkan produsen mobil asal Amerika Serikat, saat tiga produsen kendaraan besar yang dikenal dengan 'Big Three' (General Motors, Ford, dan Chrysler) akan bangkrut, pemerintahnya ikut turun tangan.

"Makanya di Amerika dulu, pada saat 'Big Three' akan colaps, pemerintahnya tidak berani ambil risiko. Makanya ada bailout, karena dari 1 juta pekerja saja akan ada 11 juta yang terkena imbasnya. Kalau bisa kita di Indonesia harus begitu, mulai memikirkan product development dari mulai design development. Ini akan kita pikirkan bersama. Sehingga multiplier effect-nya bisa lebih jauh," pungkas dia.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(ton)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini