JAKARTA - Penerapan standar emisi yang masih rendah menjadi masalah bagi Indonesia dalam lingkungan pergaulan industri automotif global. Saat ini, Indonesia masih memberlakukan standar Euro2, tertinggal dengan Eropa, Amerika, bahkan di Asia Tenggara sekalipun.
Hal ini menjadi permasalahan, selain dari sisi lingkungan, juga dalam hal industri. Produk-produk kendaraan yang masuk ke Indonesia, baik dari Eropa maupun Asia, sudah menggunakan standar emisi tinggi, namun bahan bakar yang dijual belum memenuhi spesifikasinya.
Eropa sudah menerapkan standar Euro6 sejak 2015. Beberapa negara di Asia seperti Singapura sudah menerapkan Euro5. Thailand, Malaysia, dan Vietnam juga sudah menerapkan standar emisi di atas Indonesia.
Pemerintah baru akan menerapkan standar emisi Euro4 pada 2018 untuk mobil-mobil baru, menyusul 2020 untuk mobil yang diproduksi sebelum 2018. Artinya, pemilik mobil harus meng-upgrade komponen katalis. Lantas, kapan Indonesia bisa menerapkan standar emisi Euro6?
“Hal itu diperkirakan bisa dicapai pada 2022 mendatang dengan syarat kebijakan pemerintah mendukung perubahan tersebut,” cetus Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin, dalam diskusi Forum Wartawan Otomotif (Forwot) bertajuk ‘Tantangan Menuju Euro6’ di Jakarta, Rabu (27/7/2016).
Hal terpenting, lanjut dia, Pemerintah harus bersinergi dengan Pertamina dalam pengadaan bahan bakar yang memenuhi spesifikasi kendaraan Euro6. Apalagi saat ini Pertamina sedang membangun kilang untuk bahan bakar berstandar Euro4.
“Sebaiknya Pertamina langsung membangun kilang minyak langsung ke standar Euro6. Toh biayanya tak jauh berbeda dengan membangun kilang Euro4 yang targetnya selesai 2017,” pungkasnya.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
(ton)
