Share

Peminat Kredit Mobil Baru Turun, Ini Alasannya

Anton Suhartono, Okezone · Selasa 07 Juli 2015 11:07 WIB
https: img.okezone.com content 2015 07 07 15 1177508 peminat-kredit-mobil-baru-turun-ini-alasannya-p8lc73NZDJ.jpg Penyaluran pembiayaan kredit mobil baru Adira Finance turun 20 persen (Ilustrasi, Foto: Koran Sindo)
JAKARTA - Perusahaan pembiayaan automotif, Adira Finance, mengalami penurunan penyaluran pembiayaan kredit mobil baru sebesar 20 persen untuk periode Januari-Juni 2015. Menurunnya penyaluran pembiayaan sejalan dengan anjloknya penjualan mobil baru.
 
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebutkan pada Januari-Mei penjualan mobil baru turun hingga 17 persen. Gaikindo pun sudah merevisi target penjualan dari 1,2 juta menjadi 1,1 juta unit pada 2015.
 
"Mobil baru enggak tumbuh. Booking Adira pun turun di mobil baru, angkanya cukup besar, sekira 20 persen," ujar Niko Kurniawan, deputy director-head of retail car Adira Finance.
 
Faktor menurunnya daya beli masyarakat, kata dia, menjadi pemicu rendahnya permintaan kredit, terutama mobil baru.
 
"Indonesia tahun ini secara garis besar industri automotifnya lebih buruk dibanding tahun lalu. Kita bicara di mobil baru maupun bekas. Terutama karena penurunan daya beli masyarakat," ungkapnya.
 
Niko menjelaskan, penurunan daya beli masyarakat terhadap produk automotif sebenarnya sudah dirasakan sejak beberapa tahun terakhir. Salah satunya pada tahun lalu pemerintah mencabut subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang disusul naiknya harga bahan pokok.
 
"Listrik juga naik dan segala macamnya juga. Daya beli masyarakat kita semakin menurun. Sedangkan uang yang untuk menyubsidi itu yang rencananya diinvestasikan ternyata memang belum sempat keluar untuk investasi," tuturnya.
 
Menurunnya daya beli, lanjut dia, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang di kuartal I-2015 di bawah 5 persen.
 
"Pertumbuhan kita mungkin yang terburuk sejak 10 tahun terakhir. Itu cuma 4,71 persen. Diperkirakan di kuartal II membaik sedikit tapi masih di bawah 5 persen, sehingga pemerintah maupun BI juga menurunkan estimasi petumbuhan ekonomi kita menjadi antara 5 sampai 5,4 persen,” bebernya.
 
Lebih lanjut Niko menuturkan, produk automotif merupakan kebutuhan tersier yang sifatnya lebih ke barang mewah. Masyarakat cenderung memprioritaskan membelanjakan uangnya untuk kebutuhan primer maupun sekunder terlebih dahulu.
 
"Jadi, kita menghadapi ekonomi Indonesia yang tidak baik. Industri automotif itu adalah kebutuhan tersier, bukan primer dan sekunder. Bahkan, sepeda motor, yang biasanya market-nya kebal juga berimbas. Kalau kita lihat di jalanan banyak motor-motor dijual dengan DP Rp500 ribu atau Rp350 ribu itu pun market-nya turun," paparnya.
 
Sementara itu, lanjut dia, di momentum Lebaran permintaan kendaraan memang akan naik, namun jumlahnya tidak akan sebesar tahun-tahun sebelumnya. Apalagi, Lebaran saat ini berbarengan dengan tahun ajaran baru.
 
"Kami memprediksi market tidak terlalu tumbuh seperti tahun lalu. Karena impact-nya, selain daya beli masyarakat, konsumen juga kena tahun ajaran baru. Libur lebih panjang uang keluar lebih banyak. Selain itu untuk kebutuhan sekolah," pungkas dia.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(ton)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini