JAKARTA - Tingkat Rasio utang luar negeri Indonesia memang sudah semakin besar. Pasalnya, utang luar negeri didominasi oleh swasta.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo mengungkapkan, risiko utang luar negeri 2014 semakin meningkat, terutama karena utang swasta sudah lebih tinggi dari pemerintah. Karenanya, jika terjadi penarikan dan keluar oleh investor asing, maka akan membuat perekonomian Indonesia.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
"Itu kita alami juga waktu 1998-1999 kita alami juga. Waktu itu utang luar negeri tinggi sehingga terjadi krisis," kata dia di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Rabu (1/10/2014).
Oleh karena itu, agar kejadian serupa tidak terulang lagi, maka BI akan terus melakukan pemantauan. Menurutnya, hal ini sejalan dengan aturan BI yang membatasi utang valas perusahaan.
"Ini harus diwaspadai, jangan sampai mereka miss match di mata uang, miss match ke likuiditas, dan miss match bunga yang dipakai untuk pinjaman," tuturnya.
Menurut dia, utang Indonesia terhadap pertumbuhan domestik bruto (PDB) memang rendah. Namun, karena utang luar ngeri tinggi, maka debt service ratio tinggi. "Juga karena ekspor menurun, debt to ekspor ratio juga cenderung meningkat," tukas dia.
(rzk)