Share

Cerita Ibtidaurohma Ngajar Bahasa Inggris di NTT

Rifa Nadia Nurfuadah , Okezone · Senin 22 September 2014 11:06 WIB
https: img.okezone.com content 2014 09 22 373 1042425 u0U1NO2ZTo.jpg Selama setahun, Ibtidaurohma menjadi guru bahasa Inggris pertama di SMP Negeri I Amfoang Timur, NTT. (Foto: Kemendikbud)
A A A

JAKARTA - Selama setahun, Ibtidaurohma mengabdi sebagai guru di  Desa Amfoang Timur Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).  Dia menjadi pengajar bahasa Inggris pertama di SMP Negeri I Amfoang Timur. 

Meski siswanya belum mengenal bahasa Inggris, Ibtidaurohma tidak patah arang. Dia menggunakan metode cemerlang untuk mengajar anak didiknya.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Berbekal buku-buku materi pelajaran yang dibawanya dari Jakarta, Ibtidaurohma pun menyusun metode pembelajaran sendiri. Pertama-tama, dia meminta setiap siswa menuliskan kosa kata pada satu buku kecil. Dengan cara ini, diharapkan para siswa dapat menghafalkan kosa kata tersebut.

Selain metode kamus, Ibtidaurohma juga mengajak siswanya belajar sambil bermain. Mereka diajak bercerita tentang pekerjaan sehari-hari menggunakan bahasa Inggris. Misalnya, tentang cara membuat telur dadar, memasak mi instan, membuat kopi dan sebagainya.

"Metode-metode ini sangat efektif sekali. Para siswa di tempat saya mengajar sangat antusias sekali dengan metode belajar seperti ini," ujar Ibtidaurohma, seperti dikutip dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Senin (22/9/2014).

Gadis kelahiran Maret 1989 ini adalah alumnus program Sarjana Mengajar di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T) angkatan pertama dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Ibtidaurohma mengaku bangga telah ambil bagian program tersebut serta memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara. Apalagi, semangat belajar anak didiknya sangat tinggi.

"Tidak hanya diterima dengan baik, para pengajar SM3T dari Jawa juga dianggap  sebagai orang-orang hebat," imbuhnya.

Selama setahun mengabdi, Ibtidaurohma mendapat uang saku Rp2,5 juta per bulan. Baginya, angka ini sangat besar. Selain untuk bekal hidup, Ibtidaurohma memanfaatkan uang tersebut untuk membeli perlengkapan sekolah, seperti kamus bahasa Inggris.

Hal itu mungkin dilakukannya karena berbagai kebutuhan sehari-hari sudah tersedia di alam. Jika ingin makan sayur-sayuran, Ibtidaurohma cukup memetik dedaunan di sekitarnya seperti daun singkong, pepaya, labu dan kangkung. Untuk protein, dia lebih sering mengonsumsi ikan.

"Sedangkan untuk mengambil air, saya harus menimba dari sumur berjarak 50 meter," tuturnya.

Ibtidaurohma berpesan, para peserta SM3T harus mempersiapkan mental dengan baik dan selalu berpikiran positif. Sebab, imbuhnya, hari-hari pertama mengajar pasti terasa berat.

"Ketika kita berperilaku baik ke semua orang, pasti orang-orang akan membantu kita. Nikmati apa yang ada dan membaur dengan warga," ujarnya.

(rfa)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini