Share

Mengumpulkan 11 Gol, Timnas U-23 Belum Teruji

Fajar Anugrah, Okezone · Senin 22 September 2014 16:41 WIB
https: img.okezone.com content 2014 09 22 282 1042692 8JAb8l5hqH.jpg Ramdani Lestaluhu. (Foto: Okezone/Arif Julianto)
A A A

JAKARTA - Ibarat ujian sekolah, Timnas Indonesia U-23 yang sedang berjuang di Asian Games 2014 belum menghadapi ujian akhir yang sesungguhnya. Ramdani Lestaluhu dkk masih menjalani tahap tes pendahuluan. Tes awal untuk membentuk karakter dan kesolidan tim.

Tidak bermaksud memandang remeh Timor Leste dan Maladewa yang dihadapi Indonesia di dua laga awal penyisihan Grup E cabang sepakbola Asian Games 2014, tapi kedua negara itu memang tidak menampilkan permainan yang kolektif dan menggigit.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Timor Leste yang dibantai 0-7 oleh Garuda Muda pada Senin (15/9/2014) pekan lalu tidak bisa mengimbangi permainan agresif Indonesia yang banyak memanfaatkan lebar lapangan ketika itu. Jauhnya garis pertahanan yang diterapkan oleh Aji Santoso pun juga tidak bisa dicari kelemahannya oleh pelatih Timor Leste, Antonio Carlos Viera. Padahal jika Timor Leste bisa membatasi pergerakan sayap dan menekan gelandang bertahan Garuda Muda, maka bekas provinsi ke-27 Indonesia itu bisa saja mencuri gol dan menyulitkan permainan pasukan Aji Santoso.

Antonio Carlos Viera memang saat itu sudah kalah taktik dari Aji Santoso.

Berbeda dengan Maladewa yang bermain lebih disiplin dan lebih bernyali, Indonesia 'lumayan' mendapat perlawanan dari negeri pulau di Samudera Hindia itu, Kamis (18/9/2014) lalu. Anak asuh Drago Mamic bisa dengan cermat memainkan sepakbola yang cepat dan sesekali melakukan aksi individu menerobos pertahanan Garuda Muda yang dikomandoi oleh Victor Igbonefo dkk.

Namun keberanian pemain Maladewa terbentur dengan skill mereka. Perbedaan kualitas individu dan permainan tim masih tetap dimiliki oleh Indonesia. Skor akhir 4-0 menjadi cermin bagaimana Maladewa masih harus banyak memperbaiki sepakbolanya.

Lalu apakah itu tanda kalau Indonesia akan dengan mudah mengalahkan Thailand di laga terakhir Grup E di Incheon Football Stadium, Senin (22/9/2014) pukul 18.00 WIB nanti? 11 gol dari dua laga boleh-boleh saja dianggap sebagai kepintaran Aji Santoso memilih dan meramu pemain, menerapkan taktik serta membaca permainan lawan. Juga sah-sah saja kalau dua kemenangan telak itu menunjukan bahwa Indonesia ternyata superior juga di Asian Games. Tapi tunggu dulu, jika diamati dengan teliti dan jujur, sebenarnya masih ada kelemahan, yang sayangnya mendasar, di Timnas U-23.

Masalah mental masih menjadi kendala klasik timnas sepakbola Indonesia. Saat melawan Timor Leste, terlihat bagaimana masih ada pemain Timnas U-23 yang berperilaku sembrono. Salah satunya yang dilakukan oleh Alfin Tuasalamony yang membuka kausnya usai mencetak gol lewat titik penalti di menit 79. Tanpa basa-basi, wasit langsung menghukum Tuasalamony dengan kartu kuning. Aji Santoso yang melihat peristiwa itu langsung menunjukan raut wajah yang kesal dan kecewa.

Wajar jika Aji kecewa karena memang apa tujuannya Tuasalamony membuka kausnya usai membuat gol? Jika ia mau merayakan golnya, cukup dengan berlari, berteriak dan melompat. Hukuman kartu kuning akibat tindakan tidak dewasa di turnamen seperti Asian Games akan sangat bisa menentukan perjalanan Timnas U-23 di babak-baka berikutnya. Tuasalamony beruntung tidak mendapat kartu kuning di laga melawan Maladewa. Jika iya, maka ia mendapat akumulasi kartu kuning dan absen di pertandingan melawan Thailand sekaligus momen penentuan juara grup, Senin (22/9/2014).

Selain mental, taktik bermain yang diterapkan Aji juga berisiko. Dalam laga melawan Timor Leste, Aji memerintahkan empat beknya bermain dengan garis bertahan yang jauh. Artinya para bek bermain memainkan bola jauh dari mulut gawang dan kiper. Tak cuma itu, dua fullback Indonesia, Manahati Lestusen dan Alfin Tuasalamony, rajin ikut membantu menyerang. Praktis dua bek tengah, Victor Igbonefo Dany Saputra yang berfungsi sebagai penyaring sebelum lawan masuk ke kotak penalti.

Saat itu Indonesia memang terus menyerang dan Timor Leste kesulitan merebut bola dari Garuda Muda. Tapi bagaimana jika Indonesia menghadapi tim dengan skill pemain dan kolektivitas lebih bagus dari Timor Leste? Atau ketika lawan memperagakan permainan dengan serangan balik, menunggu saat terus diserang, lalu melancarkan serangan cepat ketika sepertiga pertahanan Indonesia hanya diisi tiga sampai empat pemain saja?

Selain itu, serangan yang terlalu banyak dari sisi sayap memang menghibur dan efektif menarik pemain lawan yang berkumpul di tengah. Tapi jika pemain sayap Indonesia dimatikan, salah satunya, dengan cara menerapkan penjagaan zona berlapis, maka eksploitasi sayap yang sudah diterapkan Indonesia dalam dua laga terakhir bisa berujung kebuntuan. Pemain lawan bisa merebut bola bola lalu memantulkannya ke tengah, ke sayap lalu ke depan.

Aji juga mesti melakukan analisis dan menemukan solusi untuk lebih mengefektifkan peluang di depan gawang. Satu peluang satu gol, satu shot on gola, satu gol. Ini penting jika Garuda Muda menghadapi tim yang alot dan memiliki lini pertahanan dan lini tengah yang kuat.

Thailand yang akan dihadapi Indonesia selama ini memang dikenal memiliki permainan yang lebih sabar dan jeli dalam melihat peluang di depan gawang lawan. Tim negeri Gajah Putih juga pemuja sepakbola yang unggul dalam penguasaan bola. Kesabaran, ketelitian. kedewasaan dan stamina Timnas U-23 akan menentukan hasil akhir pertandingan

(FAP)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini