Share

Pertarungan UGM vs Harvard di Kabinet Jokowi

Mohammad Saifulloh , Okezone · Selasa 16 September 2014 11:25 WIB
https: img.okezone.com content 2014 09 16 339 1039733 UfPd1QcCQJ.jpg Ilustrasi kabinet Jokowi (Dok Okezone)
A A A

JAKARTA – Pernyataan Jokowi mengenai sosok ideal Menteri ESDM dapat dimaknai sebagai isyarat kandidat terpilih. Praktis, bursa pertarungan Menteri ESDM yang diisi 15 kandidat mengerucut hanya menjadi dua orang, yaitu Poltak Sitanggang dan Darwin Silalahi.

 

“Berdasarkan tahapan seleksi melalui kriteria yang diinginkan oleh Jokowi, maka yang tersisa tinggal dua nama yaitu Poltak Sitanggang dan Darwin Silalahi. Keduanya memenuhi hampir seluruh syarat,” ujar Ketua Solidaritas Para Pekerja Tambang Nasional, Juan Forti Silalahi, di Jakarta, Selasa (16/9/2014). Poltak Sitanggang adalah alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM), sementara Darwin jebolan Harvard University.

Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

 

Peryaratan Jokowi yang dimaksud Juan Forti adalah pos Menteri ESDM akan diisi dengan orang berlatar belakang profesional murni nonpartai. Kriteria lainnya, seperti yang disampaikan Jokowi sebelumnya, adalah sang kandidat memiliki kemampuan manajerial, kepemimpinan, muda, dari kalangan pengusaha, bersih, wajah baru, dan berani memberantas mafia migas.

 

“Dengan demikian ada delapan alat ukur yang bisa digunakan untuk memandu siapa kira-kira dari nama-nama yang muncul yang pantas dengan kriteria Jokowi untuk duduk di kursi Menteri ESDM,” ulasnya.

 

Sampai saat ini ada 15 nama yang beredar dalam bursa Menteri ESDM, yaitu Kurtubi, Karen Agustiawan, Arie Soemarno, Poltak Sitanggang, Raden Priyono, Tumiran, Kuntoro Mangkusubroto, Deendarlianto, Darwin Silalahi, Rovicky, Luluk Sumiarso, Darmawan Prasodjo, Eriryana Hardjapamekas, Arif Budimanta, dan Evita Legowo.

 

Kurtubi, Arif Budimanta, dan Darmawan Prasodjo sudah gugur dengan pernyataan Jokowi bahwa Menteri ESDM akan diisi dari profesional nonpartai. Kurtubi adalah caleg terpilih dari Partai Nasional Demokrat, sementara Arif Budimanta adalah caleg dari PDI Perjuangan dan pernah duduk di DPP PDI Perjuangan. Darmawan Prasodjo juga orang partai karena merupakan caleg DPR RI dari PDIP pada Pileg 2014. “Dengan demikian dari 15 nama tinggal tersisa 12,” simpul Juan Forti.

 

Jika dilihat dari kriteria usia sebagaimana yang ditekankan oleh Jokowi berkali-kali bahwa ia mengharapkan Menteri ESDM berusia muda yaitu 55 tahun ke bawah, maka Arie Soemarno (65), Raden Priyono (58), Koentoro Mangkusubroto (67), Luluk Sumiarso (63), Erry Riyana Hardjapamekas (64) dan Evita Legowo (63) tidak memenuhi kriteria ini. Dengan demikian calon Menteri ESDM yang tersisa tinggal Karen, Poltak Sitanggang, Tumiran, Deendarlianto, Darwin Silalahi, dan Rovicky.

 

Pada 4 September 2014, Jokowi menyampaikan bahwa syarat khusus untuk menjadi Menteri ESDM adalah mereka yang memiliki latar belakang pengusaha atau pernah memimpin perusahaan dengan ribuan karyawan sehingga tidak gamang dalam mengambil keputusan.

 

Dari syarat khusus ini maka Rovicky, Tumiran, dan Deendarlianto tidak masuk. Rovicky adalah Ketua Ikatan Geolog Indonesia dan tidak memiliki pengalaman sebagai pengusaha atau CEO perusahaan. Deendarlianto dan Tumiran juga tidak pernah memimpin perusahaan. Mereka lebih dikenal sebagai pengamat dan akademisi.

 

Dari kriteria ini maka kandidat yang tersisa tinggal tiga orang. Ketiganya memenuhi kriteria memiliki kemampuan manajerial dan leadership. Namun, Karen Agustiawan sepertinya akan gugur dalam dua kriteria berikutnya yaitu rekam jejak dan wajah baru.

 

Karen, walaupun belum terbukti melalui sebuah keputusan hukum, pernah menjadi saksi di KPK dalam kasus Jero Wacik dan Rudy Rubiandini (suap SKK Migas). Karen juga tidak bisa dikatakan sebagai wajah baru dalam bidang ESDM. “Maka yang tersisa tinggal dua nama yaitu Poltak Sitanggang dan Darwin Silalahi,” ulas Juan Forti.

 

Keunggulan Poltak Sitanggang, sambung Juan Forti, selain lebih muda lima tahun dari Darwin, juga memenuhi kriteria berani, yang sangat diinginkan oleh Jokowi sebagai syarat mutlak untuk meberantas mafia migas. Setidaknya Poltak tercatat pernah mengambil alih 44.000 hektare lahan Kontrak Karya Asing milik Rio Tinto dan mampu memenangkannya di pengadilan.

 

“Sementara Darwin Silalahi dikenal sebagai ‘golden boy’ perusahaan minyak asing yaitu British Petroleum Indonesia, Shell Indonesia, dan Royal Dutch Shell Plc yang semuanya adalah kompetitor Pertamina di bidang minyak,” bebernya.

 

Peluang Poltak Sitanggang juga dianggap lebih besar dibandingkan Darwin karena didukung oleh alumni-alumni UGM pada saat acara temu kangen Kagama di Balai Kartini pada 12 September 2014.

 

Poltak Sitanggang menurut poling dari mahasiswa Singapura dalam situs

Beranilawanmafia.com juga menempati peringkat tertinggi sebagai yang dianggap paling berani memberantas mafia migas. Peringkat Poltak Sitanggang mengalahkan tiga kandidat lainnya.

 

“Namun demikian, siapakah dari kedua orang ini yang akan diambil sebagai Menteri ESDM tetap ada di tangan Jokowi, walaupun banyak pihak melihat pertarungan kedua orang ini adalah pertarungan antara Harvard dengan UGM, antara ‘golden boy’ perusahaan minyak asing dengan orang yang mampu mengalahkan Kontrak Karya Asing, Rio Tinto,” tutup Juan Forti.

(ful)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini