Share

Rakyat Tak Suka Pemimpin yang Doyan Marah

Qur'anul Hidayat , Okezone · Minggu 14 September 2014 06:19 WIB
https: img.okezone.com content 2014 09 14 339 1038766 YR76D9J1Kf.jpg Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (foto: Okezone)
A A A

JAKARTA - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) masih menjadi pembicaraan setelah keputusannya keluar dari Partai Gerindra. Terlebih, pernyataannya tentang Pilkada dipilih DPRD memantik api perseteruan dengan beberapa tokoh penghuni Gedung Kebon Sirih.

Sikap Ahok yang tempramental dan kerap marah jika tidak menyukai suatu hal dianggap sebagai tindakan yang keliru.

Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Menurut Pengamat Politik Universitas Indonesia (UI), Dewi Haroen, seorang pemimpin yang tegas tidak harus selalu "mencak-mencak" di depan media. Ahok seharusnya menunjukkan ketegasan dengan produktifitas kinerja yang merubah Jakarta menjadi lebih baik.

"Tegas itu produktifitas apapun sifatnya (pemimpin), sekarang harus terlihat kinerjanya," kata Dewi saat berbincang dengan Okezone, Minggu (14/9/2014).

Dia menambahkan, rakyat Indonesia masih menjunjung etika berpolitik yang santun dan bertata kerama. Kecintaan kepada pemimpinnya bukan berasal dari seberapa keras ucapannya, tapi seberapa besar keberhasilannya dalam bekerja.

"Di Indonesia, tetap orang suka yang lebih kalem, ada etika dan kesopakan. Artinya begini, apakah kemarahan berbanding lurus dengan produktivitas?" tegasnya.

Jika tabiat marah-marah mantan Bupati Belitung Timur itu terus dilanjutkan, Dewi khawatir masyarakat akan menilainya sebagai bentuk pencitraan semata,

"Lama-lama ini akan dianggap jadi pencitraan," simpul penulis buku Personal Branding.(fid)

(ahm)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini