Share

Ingin Aman, UGM Kembangkan Tabung BBG Tekanan Rendah

Rachmad Faisal Harahap , Okezone · Jum'at 05 September 2014 12:10 WIB
https: img.okezone.com content 2014 09 05 373 1034608 Dug3MmBoUh.jpg Ingin Aman, UGM Kembangkan Tabung BBG Tekanan Rendah (Foto: dok. UGM)
A A A

JAKARTA – Gas sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas. Penyimpanan gas kadang bisa menjadi masalah, namun Universitas Gadjah Mada (UGM) miliki pemecahannya.

Dosen Teknik Kimia, Fakultas Teknik (FT) Ir. Imam Prasetyo UGM Yogyakarta berhasil mengembangkan teknologi penyimpanan gas sistem cartridge atau tukar pasang dengan adsorpsi gas lewat karbon berpori.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Riset teknologi tepat dari kampus biru itu, diharapkan mampu menjadi solusi untuk menjawab tantangan penerapan kebijakan konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) di Indonesia di masa mendatang. Pasalnya, penerapan konversi BBG pada kendaraan saat ini mengalami hambatan. Salah satu kekhawatiran masyarakat adalah resiko apabila terjadi ledakan dan mahal biaya kompresi BBG.

Seperti diketahui, BBG dalam tabung penyimpanan konvensional memiliki tekanan hingga 200 bar. Tekanan gas yang begitu besar tersebut selain memberatkan kendaraan, beresiko sewaktu-waktu meledak apabila kualitas tabung kurang bagus.

“Kondisi lalu lintas di Indonesia dengan membawa tangki bertekanan 200 bar sangat beresiko. Disamping itu, tangkinya menjadi berat karena bahannya lebih tebal,” ujar Imam, seperti keterangan tertulis UGM yang diterima Okezone, Jumat (5/9/2014).

Imam berhasil mengembangkan inovasi penyimpanan tabung BBG dengan sistem karbon berpori. Dia mengklaim, selain harganya yang lebih murah, aman, dan tidak perlu menggunakan bahan tabung yang lebih tebal bahkan diameter tabung relatif lebih kecil. Kerena lebih kecil, penempatannya sangat fleksibel untuk ditempatkan pada kendaraan.

“Tangkinya bisa dari bahan stainless steel, intinya dengan sistem ini, tangki BBG tekanannya lebih rendah, bahan lebih tipis, lebih murah, dari sisi keamanan jauh lebih baik. Kemudian, biaya kompresi juga lebih rendah,” ucap dosen berusia 42 tahun lalu itu.

Selain itu, teknologi Adsorbed Natural Gas (ANG) yang dikembangkan Imam ini, salah satu keunggulannnya adalah kemampuan mengurangi tekanan gas pada tangki BBG hingga ratusan bar. Menurutnya, gas pada tangki BBG yang dibuatnya terikat oleh karbon berpori yang dimasukkan ke dalam dasar tabung.

"Bahan karbon berpori tersebut terbuat dari polimer yang dipirolisis atau pemanasan tanpa udara. Polimer yang berukuran nanometer ini, bisa menyesuaikan ukuran gas yang akan disimpan dengan cara mengatur komposisi polimer," ungkapnya.

Imam menambahkan, jaringan pori berbahan polimer ini berukuran nanometer, sehingga bisa menyerap dan mengakumulasikan molekul gas di dalamnya. Penelitian yang sudah berlangsung lebih dari tiga tahun ini, menurutnya awalnya mengalami kendala karena sulitnya membuat polimer dan karbon yang sesuai dibutuhkan. Namun, meski karbon dari alam tersedia cukup banyak, tapi akhirnya dia memilih karbon dari bahan polimer.

“Hanya saja jika dibuat dari polimer, saya bisa mendesain ukuran porinya dan banyaknya porinya. Apabila menggunakan  bahan alami, karakteristiknya tidak bisa diubah," tuturnya. (fsl)

(rhs)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini