Share

UGM Buat Obat Luka Cabut Gigi dari Jaring Laba-Laba

Margaret Puspitarini , Okezone · Senin 25 Agustus 2014 22:01 WIB
https: img.okezone.com content 2014 08 25 373 1029612 bPECFnm1jH.jpg Foto: Orange
A A A

JAKARTA - Selama ini jaring laba-laba yang ada di sudut-sudut ruangan hanya menjadi pengotor rumah. Padahal, jaring laba-laba memiliki manfaat yang sangat besar, yakni sebagai obat untuk mempercepat penyembuhan luka cabut gigi.

Ide kreatif tersebut lahir dari tangan empat mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Obat yang diberi nama Spidweb Gel itu dikembangkan oleh Effendi Halim bersama Mirna Aulia, Claudia Twistasari, Choirunisa Nur Humairo, dan Bayu Anggoro Aji.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Pengembangan obat itu berawal dari keperihatinan mereka akan tingginya jumlah penderita karies dan penyakit periodonatal. Sementara kesadaran masyarakat untuk melakukan perawatan gigi rendah sehingga menyebabkan tingginya kasus pencabutan gigi. Penyembuhan luka pada soket setelah pencabutan gigi dalam beberapa kasus tertentu menyebabkan perlambatan proses penyembuhan luka.

“Penyembuhan luka pasca cabut gigi biasanya berlangsung secara alami. Tetapi pada kasus tertentu misal penderita diabetes perlu bantuan aplikasi obat-obatan tertentu untuk membantu dan mempercepat penyembuhan lukanya,” urai Effendi, seperti dilansir dari situs UGM, Senin (25/8/2014).

Effendi mengungkap, dalam jaring laba-laba banyak mengandung zat yang mempercepat penyembuhan luka, yaitu protein dan vitamin K. Dengan sifatnya yang biokompatibel, tidak beracun, serta mudah berikatan dengan sel-sel tubuh menjadikannya aman untuk digunakan pada tubuh mahkluk hidup lainnya termasuk manusia.

Bahkan, lanjutnya, penggunaan jaring laba-laba sebagai obat telah diterapkan oleh masyarakat India. “Sebenarnya jaring laba-laba ini sudah lama dimanfaatkan oleh penduduk di pegunungan Carpathia dan Bokaro-Jharkhand, India untuk membantu menyembuhkan luka di kulit,” paparnya.

Dia menyebut, tidak mudah untuk mendapatkan jaring laba-laba dalam jumlah yang banyak. Oleh karena itu, Effendi dan kawan-kawan memelihara sendiri laba-laba jenid Argiope modesta dan Cyrtophora molluccensis yang dibeli dari Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY).

Selanjutnya jaring yang diproduksi dari kelenjar mulut laba-laba dikumpulkan setiap dua minggu sekali. “Kami mulai pelihara laba-laba mulai Maret lalu. Jaring yang sudah terkumpul lalu diekstrak dan dibuat sediaan gel,” jelas Effendi.

Spidweb Gel telah diujikan kepada 30 ekor marmut. Percobaan dilakukan dengan melakukan pencabutan gigi depan bawah marmut. Selanjutnya pada bekas luka pencabutan kemudian diaplikasikan gel. Hasilnya, melalui pengamatan spesimen histologi melalui mikroskop menunjukkan bahwa fase peradangan pada luka cepat berakhir.  

“Pengamatan dilakukan pada hari ke 3, 7, dan 14. Dengan aplikasi gel ini di hari ke tiga fase peradangan sudah berakhir, sedangkan kalau tanpa gel baru akan usai di hari ke tujuh. Ini baru penelitian awal dan masih terbuka untuk penelitian lebih lanjut. Harapannya nantinya bisa dipatenkan dan diproduksi masal,” katanya.

Penelitian pengembangan Spidweb Gel lahir dari Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM-P). Di kembangkan dibawah bimbingan Alma Linggar Jonarta, penelitian ini mampu menghantarkan kelimanya melaju dalam kompetisi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2014 yang tengah berlangsung di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.

(faj)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini