MEDAN - Hanya karena terlambat mengantar pesanan, dua orang penjual pecel lele di Bilangan Sisingamangaraja, perempatan Jalan Pintu Air Medan, babak belur dihajar pelanggannya sendiri. Wajah di sekitar kedua mata mereka lebam dan bibirnya juga pecah.
Korbannya adalah Maksun dan Ahmad Faizin, perantau asal Jawa Tengah. Ironisnya, pelaku yang berjumlah tiga orang, sempat mengaku sebagai oknum Polisi.
Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
Faizin menceritakan, peristiwa penganiayaan itu terjadi pada Senin, 11 Agustus 2014, sekira pukul 21.00 WIB. Kala itu ketiga pelaku marah-marah karena pesanan mereka terlambat. Namun, penganiayan tersebut baru terjadi saat mereka hendak membayar makanan.
"Mereka pesannya cumi goreng. Sebelumnya sudah ada pembeli lain yang pesan ayam goreng. Jadi yang duluan mesan yang kita layani. Selain itu cumi itu kan harus segar waktu dihidangkan, jadi prosesnya lebih lama, dan mereka tidak terima, dan memukul Maksun sewaktu mau membayar makanannya," aku Faizin di RSU Estomihi, Selasa (12/8) petang.
Faizin sendiri awalnya tidak menjadi korban dalam penganiayaan itu. Ia justru ikut dipukuli, lantaran ingin menghentikan penganiayaan itu.
"Aku kasihan lihat si Maksun dipukuli, makanya aku coba melerai. Tapi, akhirnya aku juga dipukuli. Banyak warga yang datang setelah itu, lalu salah seorang dari mereka mengeluarkan senjata api, dan menembakkanya ke udara. Warga enggak berani mendekat, hingga akhirnya mereka berhasil melarikan diri naik mobil," tambah Faizin.
Kasus penganiayaan ini sendiri sudah dilaporkan ke Mapolsek Medan Kota. Namun, hingga Selasa malam, belum ada kepastian terkait identitas ketiga pelaku penganiayaan tersebut.
"Soal laporan, kata polisinya masih diproses. Kami sudah ditanyai juga, tapi hasilnya belum ada," tutupnya.
(hol)