JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) mengaku saat ini untuk memenuhi kebutuhan bawang putih dalam negeri harus melakukan impor. Bahkan impor yang dilakukan hingga 90 persen.
Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengatakan, dari seluruh stok bawang putih yang ada, sebanyak 90 persen di antaranya merupakan impor. China adalah negara produsen bawang putih terbesar.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
"Posisi impor cukup besar karena bawang putih bukan kearifan kita," ucap Rusman di Gedung Bank Indonesia (BI), Jakarta, Kamis (19/6/2014).
Rusman menambahkan, walaupun Indonesia saat ini ketergantungan akan impor, bukan berarti negara ini tidak mampu menanam komoditas yang bermanfaat sebagai antioksidan ini. Indonesia, kata Rusman, pernah swasembada bawang putih.
"Namun itu jauh ketika jumlah penduduk masih sedikit dan kebutuhan bawang putih pun tidak tinggi," paparnya.
Sementara itu, Drektur Jenderal Hortikultura Hasanuddin Ibrahim mengatakan bawang putih adalah komoditas yang cukup unik. Tanaman ini perlu melewati beberapa proses, termasuk penanaman sedikit sebelum musim salju.
"Hal ini, tentu saja tidak mungkin dilakukan di Indonesia. Sementara, Cina memungkinkan proses tersebut," kata dia.
Bukan berarti petani berhenti menanam bawang putih. Hasanuddin mengatakan, masih ada petani Indonesia yang menanam bawang putih meskipun tidak banyak. Namun, karena baunya yang menyengat, kebanyakan bawang putih lokal dipakai untuk produksi jamu. Sehingga, produksi bawang putih hanya sekadar menjaga agar tidak hilang dari Indonesia.
"Setiap tahun, Indonesia mengimpor sekira 400 ribu ton per tahun. Produksi lokal hanya sekira 10 ribu ton saja," pungkasnya.
(rzk)