Share

Mesin Ulir UGM Bantu Produksi Tempe Lebih Banyak

Margaret Puspitarini , Okezone · Senin 21 April 2014 20:15 WIB
https: img.okezone.com content 2014 04 21 373 973265 YIs9bOsStO.jpg Mesin ulir pengupas kedelai buatan dosen UGM Mudjijana. (Foto: dok. UGM)
A A A

JAKARTA - Inovasi yang dilakukan oleh perguruan tinggi akan benar-benar berguna ketika mampu diaplikasikan ke masyarakat untuk menjawab segala permasalahan yang mereka alami. Begitu pula dengan mesin pengupas kulit kacang kedelai besutan Dosen Jurusan Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Mudjijana.

Tidak hanya membuat alat, pada 2010 Mudji pun mengaplikasikan mesin poros berulir (screw) itu untuk pembuatan tempe. Dia mendirikan sebuah mini plant usaha kecil produksi tempe di Jatimulyo RT 05/RW02, Kricak, Tegalrejo, Yogyakarta dengan menggandeng mitra perajin tempe usaha kecil menengah Kelompok Usaha Bersama (KUB) RELA. 

Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Ketua KUB RELA Suyadi mengaku merasakan manfaat mesin yang dikembangkan Mudji. Sebelumnya, Suyadi membuat tempe dengan cara tradisional. Pengupasan kulit ari kedelai dengan menginjak-injak kedelai secara langsung membutuhkan waktu yang lebih lama dan menguras tenaga. Sejak adanya mesin ini, dia mampu menghemat waktu dan tenaga pengerjaan produksi tempe.

"Khususnya pada proses pengupasan kulit ari kedelai," urai Suyadi, seperti dikutip dari laman UGM, Senin (21/4/2014).

Senada dengan Suyadi, Mudji berpendapat, selain membutuhkan waktu lama, pengupasan kedelai dengan cara tradisional juga mengurangi produksi. Sebab tidak sedikit kedelai yang ikut terbuang saat pencucian.

"Hasilnya pun tidak bisa seragam kalau dengan diinjak-injak, tetapi kalau dengan mesin bisa seragam," tutur Mudji.

Setiap hari, mini plant mampu memproduksi 10 kg kedelai dan menghasilkan 200 bungkus tempe. Tempe yang diproduksi merupakan tempe daun dengan ukuran yang jauh lebih besar daripada tempe daun pada umumnya.

"Kami memang memilih mengembangkan tempe daun untuk memenuhi permintaan konsumen yang fanatik pada tempe jenis ini. Ukurannya pun dibuat dua kali lebih besar, seukuran mendoan," paparnya.

Meskipun telah berhasil diaplikasikan pada industri tempe, Mudji belum menjual alat ini ke pasaran. Saat ini, pihaknya masih melakukan penyempurnaan di beberapa bagian.

"Awalnya saya membuat mesin ini yang dipentingkan fungsinya dulu, sementara bentuknya belum begitu diperhatikan. Jadi, ini sedang berusaha menyempurnakan bentuknya," jelas bapak tiga anak ini.

Tidak hanya itu, Mudji kini tengah mengembangkan mesin penggiling kedelai dengan kapasitas dua kali lebih besar, yakni 32 kg per jam atau setara dengan 250 kg per hari untuk memenuhi produksi yang lebih besar. Selain itu, dia juga berencana memproduksi mesin pengiris tempe untuk membuat ceriping tempe.  

Apabila tidak ada kendala, Mudji berharap tahun depan mesin penggiling kedelai jenis screw dapat segera diproduksi. Dia menyatakan, satu unit mesin dibanderol dengan harga Rp2,5 juta.

(rfa)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini