Share

Ide dari Mahasiswa, Disempurnakan oleh Dosen

Margaret Puspitarini , Okezone · Senin 21 April 2014 19:08 WIB
https: img.okezone.com content 2014 04 21 373 973263 EYQHh6UP4i.jpg Dosen FT UGM Mudjijana mengembangkan inovasi mesin pengupas kedelai dari ide mahasiswanya. (Foto: dok. UGM)
A A A

JAKARTA - Dosen Jurusan Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Mudjijana menghasilkan inovasi berupa mesin pengupas kulit kacang kedelai. Siapa sangka, ide untuk menghasilkan teknologi dengan beragam keuntungan itu justru datang dari mahasiswanya.

Mudji bercerita, sekira 11 tahun silam, ada seorang mahasiswa yang datang kepadanya meminta bimbingan untuk pengerjaan tugas akhir. Saat itu, si mahasiswa mengajukan bimbingan untuk membuat mesin penggiling kedelai.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

"Dulu ada mahasiswa yang datang ke saya mengungkapkan ingin mengembangkan mesin pengupas kedelai untuk tugas akhir. Saya pun membimbingnya," kata Mudji, seperti disitat dari situs UGM, Senin (21/4/2014).

Saat itu, ujarnya, mesin penggiling kedelai yang dikembangkan si mahasiswa bodi rumah poros berulir dibuat dari kayu sono keling. Alat pun masih digerakkan secara manual menggunakan engkol dengan kapasitas produksi sekitar 4 kg per 15 menit.

"Cara kerja dengan sistem poros berulir yang didorong maju bergesekan dengan bodi rumah poros berulir. Selanjutnya, mesin dikembangkan lagi dengan dana hibah Program Kreativitas Mahasiswa bidang Teknologi (PKMT) 2004, yakni denganĀ  modifikasi memasukkan motor listrik sebagai penggerak," tuturnya.

Dia menyebut, prototipe mesin kala itu berukuran 0,51 m x 0,56 m x 0,7 m dengan berat sekira 75 kg, termasuk penggerak elektromotor Ā¼ HP dengan kapasitas produksi 16,2 kg/jam. Saat dipamerkan di Pimnas 2004 di STTKL Bandung, lanjut Mudji, ada usulan dari Disperindagkop Bandung untuk dipatenkan.

Lantas, Mudji pun bergerak untuk mengurus perolehan paten yang akhirnya berhasil diperoleh pada awal 2010. "Sebelum dipatenkan, saya izin dulu ke mahasiswa saya itu. Bagaimana kalau saya patenkan? Dia mengizinkan. Dia bilang, "Okay, itu kan memang hak Bapak,'" kisah Mudji.

Sebelum dipatenkan, Mudji melakukan penyempurnaan di beberapa bagian. Poros berulir diganti dengan bahan paduan cor aluminium agar lebih tahan lama. "Poros ulir kami ganti dengan paduan cor aluminium karena yang dari kayu tidak tahan lama jika terkena air," jelasnya.

Poros berulir diproduksi dengan cara pengecoran menggunakan cetakan pasir kering. Bahan baku yang digunakan adalah aluminium paduan yang terdiri atas rol mesin fotokopi dan piston bekas.

(rfa)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini