Share

Ini Kronologi Pemukulan Ketua Panwaslu Makassar

Andi Aisyah , Okezone · Kamis 10 April 2014 15:18 WIB
https: img.okezone.com content 2014 04 10 340 968410 9WZGJFuDl4.jpg Ketua Panwaslu Kota Makassar Amir Ilyas saat dibesuk Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin (baju biru). Foto: Andi Aisyah/Okezone
A A A

MAKASSAR - Insiden pemukulan dan pengeroyokan terhadap rombongan Panwaslu Kota Makassar masih ditangani aparat kepolisian.

 

Keterangan yang dihimpun Okezone, penganiayaan itu diduga dilakukan oleh Ketua KPPS Bangkala M Said beserta sekelompok orang. Peristiwa tersebut terjadi di TPS 05 Bangkala, Kecamatan Manggala, Makassar.

Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

 

Akibatnya, tiga orang menjadi korban. Ketua Panwaslu Kota Makassar Amir Ilyas bengkak di bagian mata kirinya dan mengalami perdarahan. Staf Panwaslu, Andi Muhammad Wahyuddin (Ade), patah tulang. Anggota Panwaslu, Agus Salim, memar di wajahnya.

 

Saat ini, Amir masih dirawat inap di Rumah Sakit Grestellina, Makassar. Sedangkan Ade dan Agus telah menjalani visum et repertum di RS Pendidikan Unhas.

 

Kronologi Kejadian

 

Selesai penghitungan suara, Herlina Ketua Panwascam Manggala datang di TPS 05 Bangkala karena menerima laporan dari Petugas Panwas Lapangan (PPL) di lokasi.

 

PPL mengaku kesulitan mendapatkan formulir C1 di TPS itu. "Ketika saya tiba di sana, saya masuk ke TPS, saya perkenalkan kalau saya ini adalah Ketua Panwascam Manggala. Setelah masuk di dalam, saya meminta C1-nya. Tapi dikatakan belum selesai. Dia (M Said) bilang, kalau kau mau dapat C1 ini bisa. Tapi saya dikasih dalam keadaan kosong. Saya bilang: 'Maaf Pak kalau kosong Panwas tidak akan terima.' Dia bilang, 'Isi kau sendiri, kan saksi juga isi sendiri.' Saya bilang, 'Mungkin saksi bisa Pak kalau saya tidak bisa.' Ya, aturan tidak memperbolehkan kami kalau ada tintanya Panwas di situ," tutur Herlina.

 

Ditambahkan, dia sempat didorong bahunya dari depan oleh Ketua KPPS Said itu. Setelah itu Herlina pun keluar, mencoba telepon Kapolsek Manggala, tapi tidak diangkat. Jadi, dia memutuskan berkoordinasi ke Panwaslu Kota Makassar. Dia melapor bahwa dirinya diusir dari TPS 05 saat mau minta formulir C1.

 

"Tadinya saya sempat mencoba koordinasi dengan pihak kepolisian karena seandainya ada aparat di situ tidak mungkin terjadi seperti ini. Kebetulan tadi kosong. Tidak ada aparat," tukas Herlina.

 

Dia kemudian melihat ketika Amir Ilyas dan rombongannya datang ke lokasi dan masuk ke areal TPS 05, langsung dipukul. "Waktu Pak Amir mau membalas dia dipegangi oleh teman-temannya sesama Panwas, jadi tidak bisa membalas. Kemudian saya hanya melihat Pak Amir dan kawan-kawannya diburu sampai lebih 50 meter oleh lebih dari sepuluh orang," ucap Herlina.

 

 

Amir Ilyas yang ditemui Okezone menguraikan, "Saya ini datang ke sana mau mendamaikan situasi. Sampai di sana saya lihat sudah emosi Ketua KPPS-nya. Katanya, tidak ada C1 di sini, kalau mau ambil, ambil di KPU saja!"

 

Di tempat berbeda, Agus Salim, anggota Panwaslu Kota Makassar, menjelaskan peristiwa yang mereka alami. Awalnya, ada informasi bahwa Herlina Panwascam Manggala mengalami perbuatan yang tidak menyenangkan.

 

"Dasarnya karena Ibu Lina menolak mengisi C1. Nah ini yang menjadi dasar kenapa Panwas tidak boleh melakukan itu, harusnya dari KPPS (yang mengisi C1). Maka didoronglah Ibu Lina, kemudian Ibu Lina menghubungi kami bahwa dia mengalami tindakan yang tidak menyenangkan. Lalu kami pun ke sana," ujar Salim.

 

Mereka rombongan Panwaslu Kota Makassar sebanyak delapan orang dengan mengendarai dua mobil. "Sesampainya di sana kami ingin mengklarifikasi bahwa kenapa dilakukan pemukulan? Belum apa-apa langsung kami dipukuli. Sikap KPPS bernama M Said ini sangat tidak patut dicontoh oleh penyelenggara Pemilu yang lain. Tidak kooperatif. Padahal kami hanya menjalankan kewajiban kami sebagai seorang Panwas," seru Salim.

 

Salim mengira form C1 tidak diisi karena Ketua KPPS itu lelah. "Mungkin karena kecapekan, tapi itu bukan alasan. Kami tidak mau tanda tangan karena kami juga capek," kata Salim.

 

Dia mengaku mengalami pemukulan di bagian kepala. Kemudian ditendang lagi. "Yang memukul itu kurang lebih 20 orang. Yang pertama memulai Saudara M Said, Ketua KPPS itu. Yang dipukul itu yang mengalami luka berat ya, staf saya Saudara Andi Muhammad Wahyuddin, kemudian yang parah itu Pak Ketua karena dia berada di garis depan," ucap Salim.

 

Korban Ade juga turut bersama Agus Salim datang ke SPK Polrestabes Makassar dan memberikan keterangan kepada pihak kepolisian hingga dini hari, Kamis (10/4/2014). Sebagai korban keduanya melapor tentang adanya tindakan penganiayaan yang terjadi atas mereka.

 

Di tempat yang sama, pelaku kekerasan M Said juga sudah dimintai keterangan oleh polisi. Tapi, ketika pemeriksaan selesai dan wartawan mencoba bertanya, pelaku buru-buru dibawa masuk mobil.

 

"Pak wartawan, maaf ya, jangan dulu ambil gambar. Masalah ini kan belum jelas," sergah seorang pria berbadan tegap sambil menghindar. Setelah itu, mobil yang membawa pelaku ngebut melaju keluar dari Markas Polrestabes Makassar.

(sus)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini