Share

Berantas Sistem Kekerabatan, Putus Rantai Korupsi

Margaret Puspitarini , Okezone · Selasa 08 April 2014 20:11 WIB
https: img.okezone.com content 2014 04 08 373 967196 crAjeAlckm.jpg Foto : UGM
A A A

JAKARTA - Perilaku korupsi yang terus menjamur di Indonesia menjadi pekerjaan rumah (PR) besar yang menunggu untuk diselesaikan. Namun, apa sebenarnya yang melatarbelakangi perilaku korupsi tumbuh subur di Tanah Air?

Berdasarkan kajian ilmu paleoantropologi, Pakar Paleoantropologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Etty Indriati menegaskan, pola korupsi yang dilakukan para koruptor tak ubahnya struktur sosial tribe. Evolusi peradaban manusia di masa lampau di mana pemerintahan dibentuk berbasis keluarga sanak saudara.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

"Yang terjadi saat ini, koruptor dan politisi membangun kekuasaan melalui mekanisme kekerabatan meski hidup di negara modern. Mereka hidup seolah di abad pertengahan," ungkap Etty, seperti disitat dari situs UGM, Selasa (8/4/2014).

Maka, untuk memutus rantasi kekerabatan perilaku korupsi ini, menurut Etty, negara perlu mengaturnya dengan tegas. "Di Australia, kecil sekali ditemukan praktik korupsi karena negara berhasil memutus mata rantai kekerabatan itu," tuturnya.

Adapun cara yang paling efektif untuk memberantas korupsi, lanjutnya, adalah dengan memiskinkan para koruptor. Karena hukuman penjara ditengarai tidak memberikan efek jera.

"Hukuman empat atau lima tahun itu sangat ringan," kata Etty.

Sementara itu, Deputi Pencegahan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Iswan Elmi menyatakan, penegakan hukum bukan satu-satunya cara memberantas korupsi. Kenyataan selama ini, korupsi bukan justru berkurang malah makin bertambah.

"Dari penanganan kasus korupsi, pelakunya makin berlipat," urai Iswman.

Salah cara yang kini tengah ditempuh KPK dengan mengkampanyekan integritas moral para penyelenggara negara. "Integritas tidak berkorelasi dengan bertambahnya umur namun menciptakan budaya malu jika melakukan korupsi," imbuhnya.

(mrg)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini