Share

Chatib: Makanan Mahal Penyebab Utama Kemiskinan

Petrus Paulus Lelyemin , Okezone · Rabu 05 Februari 2014 18:38 WIB
https: img.okezone.com content 2014 02 05 20 936553 vjfz72Pwc1.jpg Ilustrasi. (Foto: Heru/Okezone)
A A A

JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2013 mencapai 5,78 persen. Pertumbuhan ini ternyata tidak berbanding lurus dengan capaian pemberantasan kemiskinan oleh pemerintah.

Tercatat tingkat kemiskinan mencapai 11,37 persen pada Maret 2013 naik 0,1 persen menjadi 11,47 persen pada September 2013. Keadaan kontras ini disebut lebih karena lonjakan harga makanan akibat pembatasan impor sejumlah bahan pangan.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

"Angka kemiskinan itu kelihatannya naiknya di periode September. Itu naiknya sekitar 0,1 persen. Itu yang paling sensitif disebabkan oleh harga makanan," tutur Menteri Keuangan Chatib Basri di kantornya, Jakarta, Rabu (5/2/2014).

Dia menjelaskan, hampir seluruh pendapatan orang miskin biasanya dihabiskan untuk membeli makanan. Bahkan untuk itu saja, terkadang pendapatannya orang miskin masih belum cukup.

"Kenapa karena kalau orang miskin dia tidak akan konsumsi di luar makanan. Bahkan untuk makanan pun nggak akan cukup. Dia enggak akan beli gadget, enggak akan beli BBM, dia kalau naik mobil pakai transportasi publik. Porsi terbesarnya adalah harga makanan," jelas Chatib.

Kebijakan penghapusan kuota oleh Kementerian Keuangan, cukup memberikan pengaruh terhadap kestabilan harga bahan makanan. "Apa? Daging naik, cabai naik, inflasi pangannya masih relatif tinggi pada September. Makanya dibuat kebijakan untuk menghilangkan kuota. Baru kemudian harga makanan mengalami penurunan," ungkapnya.

Dia berharap angka kemiskinan dalam rilis yang akan datang akan mencatat penurunan sesuai harapan pemerintah. "Nah dengan slow down kayak begini, harga makanan makin turun, mudah-mudahan Maret nanti tingkat kemiskinan bisa turun, karena orang miskin paling sensitif pada harga," tukasnya.

()

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini