Share

Menguak Asal Usul Pengembangan Mobil Listrik di Indonesia

Ahmad Luthfi, Okezone · Selasa 26 November 2013 17:56 WIB
https: img.okezone.com content 2013 11 26 52 903090 VK4pfapAu0.jpg F: Mobil Listrik Selo (Ahmad L/Okezone)

BANDUNG - Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang terus meningkat harus ditemukan solusi untuk mengatasinya. Alternatif kendaraan ramah lingkungan seperti mobil listrik baru-baru ini mulai keras didengungkan dan digelar uji coba di jalanan nyata.

Pemakaian BBM untuk mode angkutan jalan, berdasarkan Data Kementerian Perhubungan, hampir 50 persen dikonsumsi oleh mobil pribadi dan sepeda motor. Sedangkan untuk transportasi umum seperti bus, penggunaan BBM hanya mencapai kurang dari sepersepuluh BBM yang digunakan oleh sektor transportasi.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

"Kita uji coba bus listrik buatan anak bangsa. Latar belakang 2 hal, pertama, persoalan energi, konsumsi energi tinggi sekali dan mencemari udara," kata Menristek di Bandung, Selasa (26/11/2013).

Ia mengatakan, Bapak Presiden RI pada Hakteknas ke-17 mengungkap bahwa pada 2017 Indonesia sudah produksi massal mobil listrik. "Kita undang semua ahli, termasuk Dasep Ahmadi, dari Ristek atau dari luar Ristek," ungkapnya.

Lebih lanjut ia mengungkapkan, dengan mobil listrik, maka biaya operasional akan rendah, di mana tidak ada oli dan bensin. Di beberapa titik tempat juga direncanakan akan ada tempat untuk melakukan pengisian daya (charging station). "Harus ada tempat 'nge-charge', biar mobil enggak macet-macet," tambahnya.

Dasep Ahmadi, Konseptor Mobil Listrik PT Sarimas Ahmadi Pratama mengungkapkan, apapun jenis mobil listrik perlu dukungan pemerintah yang kuat. "Kita kemudian bisa ke pasar bebas. Proyek ini Insya Allah berjalan dengan baik. Kalau masyarakat mau maju harusnya menjalankan," terangnya.

Kalau tidak dijalankan, tambahnya, ini indikator sebuah keterbelakangan, tidak hanya di pihak pengusaha, tetapi juga pemerintah.

"Lebih-lebih bus listrik. Ini bisa mengatasi kemacetan di kota. Ini tantangannya, minimal (diproduksi walau) jumlahnya belum banyak dan sudah bisa dijual bebas. Kuantitas relatif, itu 'political will'," kata Ahmadi.

Ridwan Kamil, Walikota Bandung mengungkapkan, diperlukan orang yang berjiwa nasionalisme tinggi dalam pengembangan mobil listrik. Sebab, ini merupakan sebuah kebanggaan hasil karya anak bangsa.

Ia mendukung penuh kendaraan listrik termasuk mobil listrik untuk mobile meeting room. Sehingga, mengadakan rapat atau pertemuan bisa di dalam kendaraan.

Walikota Bandung mengaku nyaman usai berkeliling pada rute jalan yang telah ditentukan, meskipun menurutnya masih ada sedikit hentakan pada kendaraan. "Bisa rute dalam kota (jarak tempuh) 100 kilometer. Untuk public transport oke, tapi untuk ke luar kota belum. Ini operasionalnya lebih murah," jelasnya.

 

Sedikit menambahkan, Menristek mengatakan bahwa yang diutamakan saat ini ialah angkutan massal berbasis kendaraan listrik. Apabila dijual satu unit kendaraan bis listrik, sebelum produksi massal, maka harga bisa mencapai lebih dari Rp1 miliar.

(ian)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini