Share

Sampah & Buah Busuk Disulap Jadi Bioetanol

Bramantyo, Okezone · Senin 11 November 2013 19:00 WIB
https: img.okezone.com content 2013 11 11 53 895285 pY4kzEZ8tL.jpg F: Tempat proses pembuatan bioetanol (Bramantyo/Okezone)

KARANGANYAR - Siapa yang menduga tumpukan sampah sisa sayur mayur dan buah-buahan busuk yang ada di sudut-sudut pasar mampu disulap menjadi sumber energi alternatif bioetanol pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM).
 

Didorong kenaikan harga bahan bahan bakar minyak, Soelaiman Budi Sunarto tergerak mencari bahan alternatif yang bisa menggantikan minyak. Dibantu oleh beberapa tenaga muda, di tahun 1998, Budi mencoba mengumpulkan sampah-sampah di sebuah rumah yang sengaja di belinya di desa Doplang, Karangpandan, Karanganyar, Jawa Tengah.

 

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Diakui oleh Budi, sebenarnya bioetanol bukan barang baru. Namun sayang bioetanol kurang mendapat perhatian dari masyarakat karena kurangnya sosialisasi penggunaan bioetanol. Masyarakat Indonesia sangat bergantung dengan BBM yang berasal dari fosil yang tidak dapat diperbarui.

 

Menurut Budi, dibandingkan dengan negara Brazil yang sudah mulai mensosialisasikan penggunaan bahan bakar campuran etanol dengan bensin sejak tahun 1976. Di Indonesia kebijakan tersebut belum dijalannkan, meskipun sudah ada aturan Presiden tentang penggunaan bahan bakar lainnya selain BBM, namun belum dijalankan sepenuhnya.

 

Tak heran SPBU di Brasil yang dikelola Petrobras menyediakan dua tipe bahan bakar yaitu etanol dan bensin. Brazil menggunakan produksi tebu sebagai bahan baku bioetanol, dan sudah diproduksi secara masal.

 

"Bahkan komposisi penggunaan bioetanol dengan bensin di Brazil juga diatur. Besarannya pun beragam, mulai dari 10 persen sampai 22 persen. Hingga Juli 2007, penggunaan bahan bakar mobil menjadi 25 persen etanol dan 75 persen bensin," papar Budi kepada Okezone, di Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (11/11/2013).

 

Awalnya dalam produksi skala kecil untuk konsumsi terbatas bioetanol, Budi mencoba membuat bioetanol dari bahan singkong. Dan hasil racikannya tersebut berhasil digunakan sebagai bahan bakar motor.

 

Tak berhenti sampai di situ, budi mencoba membuat Bioetanol hasil penyulingan dari berbagai jenis tanaman berpati ubikayu, jagung, sorgum biji, sagu, serta tanaman yang berglukosa seperti tebu, sorgum manis, bit dan serat jerami, bahan limbah bekas kayu gergaji, hingga ampas tebu. Dan hasilnya, setelah melalui beberapa proses, sekali lagi, bisa digunakan sebagai bahan bakar motor.

 

Selain membuat bioetanol dari tumpukan sampah, Budi membuat instalasi sederhana yang mengubah sampah menjadi gas, bensin, dan listrik. Hasil dari temuannya tersebut kemudian disalurkan ke masyarakat setempat secara gratis.

 

"Bioetanol bisa dijadikan sumber energi alternatif, karena pesediaan bahan bakar minyak bumi semakin menipis. Selain mudah dan murah, bioetanol bisa menggantikan minyak bumi," ujarnya.

 

Melalui staf Budi bernama Larsi menjelaskan bagaiman proses pebuatan bioetanol menggunakan peralatan yang sangat sederhana, yaitu albakos, alat biogas konsumsi sampah. Tingginya 95 sentimeter dengan diameter tabung 50 sentimeter, mampu menampung 6 kilogram sampah organik kering, seperti sabut kelapa, dedaunan, kayu dan batang padi sisa penggilingan.

 

Dengan peralatan tersebut, sampah diubah menjadi gas metana lewat proses purifikasi (pemurnian) sehingga menghasilkan bioetanol yang nantinya dialirkan ke kompor warga untuk memasak dan ke genset untuk pembangkit listrik.

 

Untuk memasak menggunakan bioetanol harus menggunakan kompor khusus yang di beri nama "bahenol" yang artinya bahan bakar hemat etanol. Jadi konversi minyak tanah ke gas elpiji tidak berlaku di sekitar daerah ini.

 

"Bioetanol sangat aman, murah, dan tidak gampang meledak. Jadi masyarakat tidak perlu takut untuk menggunakaanya," ujarnya.

(zwr)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini