Kepala Divisi Public Relations Astra, Yulian Warman mengatakan, hal itu disebabkan karena adanya rencana pemerintah untuk menerapkan pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, serta pemberlakuan kenaikan uang muka kredit atau down payment (DP) kendaraan baru.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
"Penjualan motor akan stuck di jangka pendek, terutama saat repeat order atau pembelian ke sekian. Mobil juga akan terganggu di jangka pendek," kata Yulian Warman kepada wartawan, Senin (30/4/2012).
Menurutnya, sebagai sebuah kesatuan unit bisnis, Astra tetap mengacu ke Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). Gaikindo sudah melakukan pembicaraan dengan pemerintah terhadap rencana penerapan aturan-aturan itu.
"Kalau sudah jelas arah peraturan pemerintah ke mana, kami jelas akan mengikuti. Tapi, sampai sekarang belum ada detailnya bagaimana," ungkapnya.
Dia mengaku, penjualan mobil pada kuartal I-2012 sebanyak 255 ribu unit. "Kalau itu dikalikan empat, bisa sejuta unit. Kalau semester II belum ada masalah. Tapi kalau DP dan BBM berlaku, maka itu akan menjadi tantangan," tuturnya.
Lebih jauh dia menerangkan, jika optimistis dampak yang ditimbulkan oleh adanya aturan baru itu tidak akan terlampau besar. Sebab, dalam jangka panjang masyarakat tetap memerlukan kendaraan karena belum tersedianya transportasi masal yang dianggap nyaman.
"Kalau dibandingkan dengan China, ratio kepemilikan kendaraan per tahun sebanyak 18 juta unit, kita baru seperlima. Indonesia seharusnya dua juta unit. Potensi automottif masih besar," tandasnya.
(zwr)